Menjelang tidur, putraku attaya, melihat-lihat foto-fotonya bermain,
bercanda, tertawa bersama saudara2nya termasuk adiknya tersayang dan
tercantik, amira zhufaira.
Ada foto mereka yang berenang bersama, bermain bersama, tertawa dan
bercanda ria. . . Sambil berceloteh, attaya bercerita dan memberi
komentarnya tentang foto-foto tersebut.
Aku hanya tersenyum geli mendengar cerita abang yang tidak kusadari kapan ia mulai suka dan pandai mengarang kata dan bercerita.
Sambil tersenyum menyimak celoteh putraku, mataku tiba2 terpaku
kepada jari amira. . . Ya Rabb, ringisku, masih utuh. . . Serentak
kutengok amira yang sudah tertidur dan kulihat jarinya.yang sudah
berkurang 1 ruas. . . . Allahhhhh. . . Ya Rahman. . Ya Rahim. . . Dan
meneteslah air mataku, hatiku pedih, hancur ya Rabb. . .
Aku mulai menyalahi keadaan (dan Syaitan pun menertawaiku)
Menyalahi kebodohan suamiku, kenapa ia dengan bodohnya menandatangani
surat tindakan tanpa bertanya tindakan apa yang akan dilakukan sang
dokter. . .
Menyalahi kesombongan suamiku, yang suka sekali melakukan apa2 sendiri. . .memang ia biasa membersihkan motor, tapi biasanya anak2 berada di bawah pengawasanku. . .
Menyalahi diriku yang sibuk dengan urusan pekerjaan, padahal hatiku di rumah berpikir akan my birthday girl yang sakit dan menangis melepas kepergianku. . .
Menyalahi kesombongan suamiku, yang suka sekali melakukan apa2 sendiri. . .memang ia biasa membersihkan motor, tapi biasanya anak2 berada di bawah pengawasanku. . .
Menyalahi diriku yang sibuk dengan urusan pekerjaan, padahal hatiku di rumah berpikir akan my birthday girl yang sakit dan menangis melepas kepergianku. . .
ampunkanlah dosaku ya Rabbbb
Akulah yang patut disalahkan atas kejadian yang menimpa putri kecilku. . .
Bagaimana menebusnya?
Bagaimana mempertanggung jawabkannya dihadapanMU kelak???
Bagaimana aku menjawab pertanyaannya kelak ya Rabb????
Bagaimana menebusnya?
Bagaimana mempertanggung jawabkannya dihadapanMU kelak???
Bagaimana aku menjawab pertanyaannya kelak ya Rabb????
Ketika diriku sedang tersedu menangisi nasib putri kecilku, bidadariku. . .tiba-tiba sajaa. . .
Putraku attaya menangis dan ia menghampiri adiknya seraya berkata "Maaf ya dek" menangis dan memeluk adiknya yang sedang tidur pulas. . .
Aku pun kaget dan bertanya "Kenapa abang menangis?". Aku bertanya dengan suara tercekat menahan tangis
Aku pun tak kuasa menahan tangisku, seketika meledaklah tangis kami berdua. . .
Sambil menangis tersedu, attaya memeluk amira seraya memanggilnya. .
"ade. . .ade. . .", isaknya seraya mengusap pipi amira dengan penuh
kasih sayang. . .
Hatiku boleh sedih dan hancur, tapi tak kusangka hati putraku, abang
attaya ternyata juga terluka. . .dialah saksi kejadian, dialah yang
sangat terpukul dengan kecelakaan yang menimpa amira, attaya yang sangat
menyayangi adiknya amira, pasti sangat terluka karena ia sadar tidak
dapat menjaga adiknya. .
Abang, bunda tidak hanya harus memeluk Amira, Bunda juga pasti memelukmu sayanggg. .
Bunda akan menjaga kalian dengan segala jiwa Bunda, walau terkadang menurut kalian Bunda galak, Bunda hanya ingin konsisten dalam menerapkan pola asuh Bunda. .
Bunda akan menjaga kalian dengan segala jiwa Bunda, walau terkadang menurut kalian Bunda galak, Bunda hanya ingin konsisten dalam menerapkan pola asuh Bunda. .
Di atas segalanya, kalianlah jiwa Bunda. . .
Atas nama cinta kepada ALLAH dan Rasulullah, bunda mencintai kalian attaya kafiku. . . Muhammad Fatah dan Amira Zhufaira
Kalianlah alasan Bunda hidup, berjuang, bekerja. . Karena kalian Bunda kuat dan sanggup menghadapi apa pun. . .
Kalianlah alasan Bunda hidup, berjuang, bekerja. . Karena kalian Bunda kuat dan sanggup menghadapi apa pun. . .
Atas nama cinta kepada ALLAH dan Rasulullah bunda menyayangi kalian attaya kafiku. . . .
Bunda sayang Muhammad Fatah Attaya Kafi, pangeran kecilku yang gagah yang kelak menjadi pemimpin, guru dan sahabat umat Islam
Bunda sayang Amira Zhufaira Attaya Kafi, bidadari cantikku yang kelak menjadi tempat umat Islam berobat karena ia akan menjadi dokter yang pintar, cantik, bersahaja dan tentu saja bersahabat.
Bunda sayang Muhammad Fatah Attaya Kafi, pangeran kecilku yang gagah yang kelak menjadi pemimpin, guru dan sahabat umat Islam
Bunda sayang Amira Zhufaira Attaya Kafi, bidadari cantikku yang kelak menjadi tempat umat Islam berobat karena ia akan menjadi dokter yang pintar, cantik, bersahaja dan tentu saja bersahabat.
Amin YRA
0 komentar:
Post a Comment